Penyesalan Mark Cuban Karena Lepas Jalen Brunson
Penyesalan Mark Cuban Karena Lepas Jalen Brunson. Mark Cuban, mantan pemilik mayoritas Dallas Mavericks, kembali menjadi sorotan pada 20 November 2025 setelah pernyataannya yang mengakui penyesalan atas kepergian Jalen Brunson ke New York Knicks di tahun 2022. Dalam wawancara terbaru, Cuban secara terbuka menyebut keputusan tidak mengamankan Brunson lebih awal sebagai salah satu kesalahan terbesar dalam karirnya di basket. Brunson, yang kini menjadi All-NBA player dan kapten Knicks, pergi dengan kontrak empat tahun senilai 104 juta dolar setelah Mavericks gagal menawarkan ekstensi tepat waktu. Isu ini kembali mengemuka di tengah start buruk Mavericks musim 2025-2026, membuat banyak pihak menilai kehilangan Brunson sebagai titik balik negatif tim. BERITA BASKET
Kesalahan Fatal di Musim 2021-2022: Penyesalan Mark Cuban Karena Lepas Jalen Brunson
Semuanya bermula dari peluang emas yang terlewat. Mavericks punya kesempatan memberi Brunson ekstensi empat tahun sekitar 55-56 juta dolar sebelum musim 2021-2022 berakhir, saat ia masih di bawah kontrak rookie. Tawaran itu akan mengunci Brunson dengan harga murah, mengingat performanya baru meledak di playoff saat Luka Doncic cedera. Cuban dan manajemen memilih menunggu, berharap Brunson tetap loyal atau bisa dinegosiasi lebih rendah. Hasilnya fatal: Brunson masuk free agency terbatas, tapi Knicks langsung tamping dan menawarkan nilai pasar penuh. Cuban kemudian mengakui, menunda keputusan itu membuat mereka kehilangan kendali, dan Brunson memilih kota asalnya dengan tim yang lebih agresif.
Dampak Panjang pada Mavericks: Penyesalan Mark Cuban Karena Lepas Jalen Brunson
Keberangkatan Brunson meninggalkan lubang besar di posisi guard. Ia bukan hanya scorer andal, tapi juga playmaker tangguh yang sempurna melengkapi Doncic. Tanpa Brunson, Mavericks kesulitan membangun kedalaman backcourt, sering bergantung pada satu bintang saja. Musim-musim berikutnya, tim mencoba tambal sulam dengan trade besar, tapi hasilnya naik-turun drastis. Di sisi lain, Brunson langsung jadi bintang di Knicks: dua kali All-Star, All-NBA, dan memimpin tim ke semifinal konferensi. Cuban pernah bilang ini “bisnis biasa”, tapi kini ia tak bisa pungkiri bahwa kehilangan pemain sekaliber itu melemahkan fondasi tim jangka panjang, apalagi di era di mana guard serba bisa sangat berharga.
Performa Brunson yang Membuat Sakit Hati
Jalen Brunson membuktikan dirinya sebagai salah satu steal terbesar free agency modern. Di Knicks, ia rata-rata di atas 25 poin dan 6 asis per game, sering clutch di momen krusial. Kontrak pertamanya terlihat murah, lalu ia tanda tangan ekstensi lagi yang tetap ramah salary cap. Cuban melihat semua itu dari kejauhan, dan penyesalannya semakin dalam karena Brunson pernah bilang ingin tinggal di Dallas jika ditawari lebih awal. Kini, di usia 29 tahun, Brunson jadi wajah franchise sukses, sementara Mavericks masih berjuang mencari identitas pasca era Cuban sebagai pemilik utama.
Kesimpulan
Penyesalan Mark Cuban atas kepergian Jalen Brunson jadi pengingat keras betapa mahalnya kesalahan timing di dunia basket profesional. Keputusan menunda ekstensi yang seharusnya murah berujung hilangnya aset berharga, yang kini bersinar terang di tim lain. Bagi Cuban, ini mungkin luka terdalam dari masa kepemilikannya, apalagi melihat Brunson terus naik level. Pelajaran ini menegaskan: di liga yang kompetitif, kesempatan mengamankan talenta muda tak boleh dilewatkan begitu saja. Brunson sudah move on dan sukses besar, sementara cerita “bagaimana jika” akan terus menghantui Mavericks.