Patrick Beverley Memuji Damian Lillard Karena ke Portland
Patrick Beverley Memuji Damian Lillard Karena ke Portland. Pada pertengahan Juli 2025, Damian Lillard memutuskan kembali ke Portland Trail Blazers dengan kontrak tiga tahun senilai US $42 juta, termasuk opsi pemain untuk musim 2027–28. Keputusan ini datang setelah Bucks menggunakan stretch provision untuk membayar sisa kontrak Lillard pasca cedera Achilles dan diagnosis pembekuan darah. BERITA LAINNYA
Pilihan “untuk kembali ke rumah” ini dipandang sebagai langkah yang benar-benar emotional, karena Lillard ingin mengakhiri kariernya di kota di mana keluarganya berada dan di mana ia pernah menjadi ikon selama 11 musim.
Patrick Beverley – Suara dari Mantan Lawan dan Rekan
Setelah pengumuman kepulangan Lillard, mantan point guard keras, Patrick Beverley, mengeluarkan dukungan tegas lewat X (dulu Twitter). Beverley menulis:
“Dame to Portland he not wrong. Said F that ring chasing. I’m going back where the love is. That’s really what hoopers want peace of mind and good hoops. That’s fire.”
Dengan kata-kata lugas, Beverley menyuarakan apresiasi terhadap keputusan Lillard yang memilih kenyamanan dan cinta yang pernah ia rasakan di Portland, ketimbang terus mengejar gelar dengan tim-tim pesaing. Sikap ini mencerminkan betapa pentingnya ikatan emosional dalam pilihan karier pemain NBA, lebih dari sekadar fakta statistik atau peluang juara.
Makna “F That Ring Chasing” dalam Pilihan Karier Lillard
Ungkapan Beverley “F that ring chasing” mencerminkan kritik tersirat terhadap tren pemain yang hanya memilih klub berdasar peluang menang. Beverley menyoroti bahwa Lillard memilih cinta terhadap kota, keluarga, dan atmosfer “Rip City” ketimbang terus dikejar target gelar. Ini memperlihatkan sisi lain profesionalisme dalam NBA dengan nilai-nilai seperti loyalitas, kepuasan, dan kedamaian mental bisa menjadi landasan yang lebih kuat ketimbang sekadar resume kejuaraan.
Reaksi Media dan Perspektif Lain: Patrick Beverley Memuji Damian Lillard Karena ke Portland
Selain Beverley, berbagai komentar dari media memperkuat bahwa keputusan Lillard adalah sebuah gerakan jujur dari hati. Banyak pengamat menyebut ini sebagai pengingat bahwa tidak semua hal dalam karier seorang atlet harus terkait trofi, karena toleransi mental dan ikatan emosional juga menjadi bagian penting. Tulisan Beverley pun mendapatkan sorotan tinggi. Selain itu, sumber lainnya dari kerabat dan sosial media, menunjukkan dampak signifikan dalam wacana umum NBA.
Dampak bagi Portland Trail Blazers
Kembalinya Lillard bukan sekadar drama emosional, tetapi strategi jangka panjang bagi Blazers. Meskipun tim ini masih dalam fase pembangunan dan belum menjadi kandidat juara, hadirnya Lillard berpotensi meningkatkan moral, mendatangkan perhatian publik, serta memotivasi pemain muda seperti Scoot Henderson dan Jrue Holiday. Kehadiran bintang penuh pengalaman dapat menjadi katalis bagi budaya profesionalisme, kerja sama, dan strategi klub secara keseluruhan.
Harmonisasi Antara Profesionalisme dan Loyalitas
Kasus Beverley terhadap Lillard menunjukkan bahwa di tengah dunia olahraga profesional yang kompetitif, termasuk nilai-nilai humanis seperti loyalitas, kenyamanan emosional, dan cinta terhadap komunitas masih sangat dihargai.
Beverley, yang dikenal perang mental saat melawan Lillard di masa lalu, kini justru mengagumi keberanian Lillard dalam mendahulukan hati. Ini memperlihatkan bahwa pada level tertinggi olahraga, keputusan “pulang” bukan tanda kemunduran, melainkan tanda kedewasaan dan apresiasi terhadap apa yang sudah diberikan komunitas kepada seorang pemain.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Bola Basket
Kembalinya Damian Lillard ke Portland tidak hanya soal menutup karier di kota asal, tapi juga simbol keberanian memilih nilai personal di atas iming-iming gelar. Patrick Beverley, yang dikenal berani dan lugas, memberi pengakuan lewat komentarnya yang jujur: “Dame to Portland he not wrong.” Keputusan Lillard menunjukkan bahwa di NBA dan olahraga profesional mana pun, ada terdapat nilai-nilai yang tak terlihat di statistik seperti cinta, loyalitas, pengakuan, dan kedamaian batin.
Pilihan Lillard, dan dukungan Beverley, mengingatkan kita bahwa kadang kekuatan terbesar seorang atlet bukan di gelang juara, melainkan di keberanian menjadi diri sendiri.