Brandin Podziemski Masih Dalam Tahap Kesulitan di NBA
Brandin Podziemski Masih Dalam Tahap Kesulitan di NBA. Pagi 27 Oktober 2025, di tengah hiruk-pikuk awal musim NBA 2025/2026, Golden State Warriors masih bergulat dengan start yang kurang mulus setelah dua kekalahan beruntun dari Clippers dan Nuggets. Sorotan jatuh pada Brandin Podziemski, guard berusia 22 tahun yang jadi harapan besar sejak draft pick 19 tahun 2023, tapi kini tampak masih dalam tahap kesulitan. Di laga terakhir lawan Portland Trail Blazers yang kalah 105-112, Podziemski main 28 menit tapi cuma sumbang enam poin dari 2-dari-9 tembakan, dengan tiga turnover yang bikin pelatih Steve Kerr geleng-geleng. Rata-rata musim ini, ia catat 8.7 poin, lima rebound, dan satu assist per laga dengan akurasi lapangan 36 persen—angka yang jauh di bawah ekspektasi setelah musim rookie-nya yang solid. Ini bukan akhir dunia bagi Podziemski, yang sempat dapat julukan “next big thing” Warriors, tapi jelas tahap transisi ketiga tahunnya penuh rintangan. Di liga yang tak beri ruang kesalahan, kesulitannya jadi cermin tantangan rookie ke veteran: adaptasi fisik, mental, dan peran di skuad yang haus playoff. INFO CASINO
Start Musim yang Penuh Tantangan: Brandin Podziemski Masih Dalam Tahap Kesulitan di NBA
Brandin Podziemski memulai musim 2025/2026 dengan beban berat, terutama setelah Warriors gagal capai playoff musim lalu. Di laga pembuka lawan Clippers, ia starter tapi finis dengan empat poin dari 1-dari-6 tembakan, plus dua turnover yang picu run 15-2 lawan. Melawan Nuggets, situasi tak lebih baik: tujuh poin di 30 menit, tapi akurasi tiga poin cuma 1-dari-5, dan ia kalah duel fisik lawan Jamal Murray. Statistik awal musim tunjukkan ia main rata-rata 26 menit per laga, tapi efisiensinya turun: true shooting percentage 42 persen, dibanding 55 persen di musim rookie.
Ini kontras dengan musim 2023/2024, di mana ia debut kuat dengan 9.2 poin dan 5.8 rebound dari bangku, sering jadi spark off the bench. Musim lalu, cedera ringan bikin ia absen 12 laga, tapi saat kembali, ia sumbang 11 poin per game di paruh kedua. Kerr akui di media day September lalu: “Brandin butuh lompatan di shooting dan decision-making.” Start buruk ini tambah tekanan karena Warriors bergantung pada kedalaman setelah Curry usia 37 dan Klay Thompson pindah. Podziemski, yang lahir di Stevens Point, Wisconsin, tampak overwhelmed di transisi: lebih banyak pick-and-roll kompleks dan defense switching yang butuh baca cepat. Di latihan, ia sering latihan ekstra shooting, tapi game time belum tunjukkan hasil—seperti di kuarter ketiga lawan Blazers, di mana ia airball tiga kali berturut-turut.
Faktor Kesulitan yang Dihadapi Podziemski: Brandin Podziemski Masih Dalam Tahap Kesulitan di NBA
Kesulitan Podziemski bukan cuma soal tembakan; ada lapisan lebih dalam. Fisiknya jadi tantangan utama: di NBA, guard seperti ia—tinggi 6’5″ tapi kurus 200 pon—sering kesulitan lawan veteran fisik seperti Paul George atau Nikola Jokic. Di laga Nuggets, ia kalah 70 persen duel post-up, dan rebound defensifnya cuma 4.5 per game meski posisi small forward. Mental juga ikut campur: tekanan jadi “next Curry” di Warriors bikin ia overthink, seperti saat turnover karena force pass ke Wiggins di kuarter akhir.
Cedera masa lalu tambah beban—hamstring ketat musim lalu bikin ia ragu agresif, dan sekarang ia pakai sleeve khusus untuk lindungi. Rotasi Kerr yang ketat juga faktor: dengan Buddy Hield dan De’Anthony Melton baru gabung, menit Podziemski terbagi, bikin ritme terganggu. Statistik advanced tunjukkan usage rate-nya naik ke 18 persen dari 14 musim lalu, tapi assist-to-turnover ratio 1.2:1—buruk untuk guard. Kerr bilang usai kekalahan Blazers: “Ia punya tools, tapi butuh percaya diri lebih.” Podziemski sendiri akui di wawancara pasca-laga: “Saya terlalu buru-buru, harus sabar seperti rookie dulu.” Faktor ini campur: adaptasi ke peran hybrid guard-forward, plus jadwal padat awal musim yang bikin recovery susah.
Harapan dari Tim dan Potensi Pemulihan
Meski kesulitan, Warriors yakin Podziemski bisa bangkit. Kerr rencanakan sesi khusus shooting dengan asisten Pete Myers, fokus form mid-range yang jadi kekuatannya di Santa Clara—di kampus, ia rata-rata 40 persen dari tiga. Curry, mentornya, beri nasihat: “Main bebas, jangan pikir terlalu banyak.” Di latihan, Podziemski sering pair dengan Moody untuk drill off-ball movement, yang bisa tambah poinnya tanpa beban scoring utama.
Potensinya jelas: atletisnya top-tier, dengan vertical leap 38 inci yang bikin ia unggul di transisi—rata-rata 1.3 steal per game musim ini. Jika shooting stabil di 38 persen tiga poin, ia bisa jadi two-way player seperti Klay dulu. Tim lihat ia sebagai X-factor playoff: tahun lalu, ia sumbang 12 poin di game kritis lawan Kings. Dengan rekor 0-3 Warriors, Podziemski punya peluang besar di laga berikutnya lawan Lakers akhir pekan—kesempatan redeem diri di derbi California. Analis prediksi: jika capai 12 poin dan 6 rebound konsisten, ia bisa all-rookie second team lagi. Harapan ini realistis; banyak guard seperti Jalen Suggs butuh tahun ketiga untuk meledak.
Kesimpulan
Brandin Podziemski masih dalam tahap kesulitan di awal musim 2025/2026 adalah cerita klasik NBA: start buruk dengan shooting 36 persen dan turnover tinggi, campur tantangan fisik, mental, dan rotasi tim. Dari jalannya laga penuh rintangan hingga faktor seperti cedera masa lalu, ini ujian bagi guard ketiga tahun Warriors yang punya tools besar. Tapi dengan harapan dari Kerr dan Curry, plus potensi atletisnya, Podziemski bisa bangkit—seperti rookie dulu yang curi hati fans. Musim panjang, dan di Golden State, talenta seperti ia tak dibuang; ia dipoles. Bagi Podziemski, ini saatnya sabar: kesulitan sekarang bisa jadi fondasi all-star besok. Warriors butuh ia, dan ia tahu itu—langkah selanjutnya bisa ubah narasi dari struggle jadi story sukses.