Alperen Sengun Banyak Disebut Sebagai Baby Jokic
Alperen Sengun Banyak Disebut Sebagai Baby Jokic. Alperen Sengun, center muda Houston Rockets, menjadi pusat perhatian di musim NBA 2025/26 berkat performa impresifnya dan perbandingan yang terus mengalir dengan superstar Denver Nuggets, Nikola Jokic. Julukan “Baby Jokic” melekat pada Sengun sejak musim rookie-nya, dan kini, di usia 23 tahun, ia terus menunjukkan potensi sebagai salah satu big man terbaik di liga. Penampilannya di FIBA EuroBasket 2025, di mana Turki mengalahkan Latvia 93-73, semakin memperkuat perbandingan ini, terutama setelah pujian dari Kristaps Porzingis. Artikel ini akan mengulas profil Sengun, makna di balik julukan “Baby Jokic”, dan tanggapannya terhadap sebutan tersebut, dengan bahasa yang santai namun tetap formal. BERITA BOLA
Mengenal Lebih Dalam Mengenai Pemain Alperen Sengun
Alperen Sengun adalah pemain basket profesional asal Turki, lahir di Giresun pada 25 Juli 2002. Dengan tinggi 2,11 meter, ia memulai karir di Tofas Bursa dan Bandirma sebelum bergabung dengan Besiktas, di mana ia meraih gelar MVP Liga Turki pada usia 18 tahun. Terpilih sebagai pick ke-16 oleh Houston Rockets di NBA Draft 2021, Sengun langsung menarik perhatian dengan gaya bermainnya yang serba bisa. Hingga Agustus 2025, ia mencatat rata-rata 21,7 poin, 9,5 rebound, dan 5,5 assist per game di musim 2024/25, dengan puncaknya tujuh triple-double, memecahkan rekor Jokic untuk center termuda dengan prestasi tersebut. Di EuroBasket 2025, Sengun mencatat 16 poin, 8 rebound, dan 7 assist melawan Latvia, menunjukkan kemampuan playmaking-nya. Dengan bimbingan pelatih Ime Udoka dan veteran seperti Fred VanVleet, Sengun menjadi pilar Rockets, yang kini mencatatkan rekor 11-5 di awal musim, terbaik sejak 2019/20.
Apa yang Dimaksud Dengan Sebutan Baby Jokic
Julukan “Baby Jokic” muncul karena kemiripan gaya bermain Sengun dengan Nikola Jokic, center Denver Nuggets yang meraih tiga kali NBA MVP. Seperti Jokic, Sengun adalah center modern yang tidak hanya kuat di paint, tetapi juga memiliki visi permainan luar biasa, dengan akurasi passing 87% dan assist percentage di atas 30%. Kedua pemain unggul dalam mencetak poin di area dekat ring (Sengun 59,1%, Jokic 63,5%) dan sering memulai serangan dari posisi post. Kristaps Porzingis, setelah kekalahan Latvia di EuroBasket, memuji Sengun karena kemampuan “spin move” dan distribusi bolanya, menyebutnya “Baby Jokic” yang membuat rekan setimnya lebih baik. Bahkan Jokic sendiri pernah mengakui bakat Sengun, menyarankan Rockets untuk lebih mengandalkannya. Perbandingan ini juga didorong oleh fakta bahwa keduanya adalah big man Eropa dengan kemampuan playmaking langka, membedakan mereka dari center tradisional seperti Shaquille O’Neal atau Hakeem Olajuwon. Namun, julukan ini tidak hanya memuji, tetapi juga menimbulkan tekanan untuk keluar dari bayang-bayang Jokic.
Apa Tanggapan Alperen Sengun Atas Sebutannya Tersebut
Sengun menunjukkan sikap dewasa terhadap julukan “Baby Jokic”. Dalam wawancara dengan JJ Redick di podcast The Old Man and the Three pada Januari 2024, ia mengaku tidak keberatan dengan perbandingan tersebut karena ia masih muda dan melihatnya sebagai pujian atas kemiripan gaya bermainnya dengan Jokic. Namun, ia menegaskan ambisinya untuk menciptakan identitas sendiri, menyatakan, “Saat saya dewasa, saya tidak ingin terus mendengar itu.” Sengun menghormati Jokic, yang bahkan menjadi mentornya dari kejauhan, sering memberikan pujian usai pertandingan. Misalnya, setelah kemenangan Rockets atas Nuggets pada November 2024, Jokic memuji perkembangan Sengun. Meski begitu, Sengun fokus untuk mengembangkan gayanya sendiri, menggabungkan elemen dari Jokic, Dirk Nowitzki, dan bahkan Bam Adebayo, dengan gerakan yang lebih atletis dibandingkan Jokic. Ia juga bekerja keras di luar musim, memperkuat fisik di P3 Performance Center untuk meningkatkan dominasi dan pertahanan, menunjukkan tekad untuk menjadi lebih dari sekadar “Baby Jokic”.
Kesimpulan: Alperen Sengun Banyak Disebut Sebagai Baby Jokic
Alperen Sengun, bintang muda Houston Rockets, terus mencuri perhatian dengan performa serba bisa yang membuatnya dijuluki “Baby Jokic”. Dengan kemampuan mencetak poin, merebut rebound, dan mendistribusikan bola, ia menyerupai Nikola Jokic, meski berusaha membangun identitas sendiri. Tanggapannya yang dewasa terhadap julukan ini menunjukkan keseimbangan antara menghormati pujian dan ambisi untuk menjadi unik. Dengan Rockets yang kini bangkit dan potensi All-Star Sengun di usia 23 tahun, ia berada di jalur untuk menjadi franchise player sejati. Julukan “Baby Jokic” mungkin melekat untuk saat ini, tetapi dengan kerja keras dan perkembangannya, Sengun berpotensi menjadi “The Sengun” di masa depan, membawa Rockets kembali ke papan atas NBA dan mengharumkan nama Turki di panggung internasional.